Materi Planktonologi (Zooplankton air tawar dan air laut)
Materi Planktonologi
(Zooplankton air tawar dan air laut)
CIRRIPEDIA
KELOMPOK 1
1.
YERMEL
NITBANI
2.
MOH.
AL FITRAH AMANG BAKO
3.
RISKI
BONBALAN
4.
VINSENSIUS
AMSIKAN
5.
WALDI
MENOH
6.
ROLLANDO
DJOLLO
7.
ARKELAUS
MAU
8.
YANGRIS
TANUAB
9.
LEOPOLDUS
F. RANGGA
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji
bagi Tuhan yang maha esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Zooplankton tentang Cirripedia.
Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi.
Pengetahuan tentang biota air sangat diperlukan terutama untuk mahasiswa
program studi Perikanan. Biota air yang mempunyai peranan besar di bumi adalah
plankton.Plankton merupakan makhluk hidup (berupa hewan maupun tumbuhan) yang
geraknya terbatas, sangat tergantung pada arus air.
Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan dalam perbaikan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini
memberi manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Kupang, Mei 2019
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Daftar
isi
Bab 1
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
2. Rumusan
Masalah
3. Tujuan
Bab 2
Pembahasan
1. Pengertian
Cirripedia
2. Cirri-ciri
Cirripedia
3. Klasifikasi
Cirripedia
4. Habitat
Cirripedia
5. Cara
hidup Cirripedia
6. Perkembangbiakan
Cirripedia
Bab 3
Penutup
1. Kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Plankton
merupakan biota air yang hidupnya melayang dan gerakannya terbatas. Plankton
berdasarkan fungsi dibedakan menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton adalah plankton nabati yang dapat melakukan fotosintesis sehingga
berperan sebagai produsen primer perairan. Sedangkan zooplankton adalah
plankton hewani yang tidak dapat melakukan fotosintesis atau bersifat konsumtif
dan berperan sebagai pakan alami ikan.
Zooplankton
dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara
sampai ke perairan di tengah samudra, dan perairan tropis hingga ke perairan
kutub. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton, yakni
ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa,
sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
Mollusca,
Echinodermata, Chordata dan Cirripediamerupakan filum dari zooplankton yang
bersifat meroplankton. Artinya, fase
plankton terjadi saat masih dalam bentuk larva, saat sudah dewasa sudah bukan
plankton lagi.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah Mollusca,
Echinodermata, Chordata dan Cirripediaini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
ciri-ciri Cirripedia
2. Mengetahui
klasifikasi Cirripedia
3. Mengetahui
reproduksi Cirripedia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cirripedia
Cirripedia
berasal dari bahasa Latin yang berarti kaki bergulung, merupakan satu-satunya
hewan kelompok Crustacea yang hidup sesil (selain Crustacea parasit) sehingga
membentuk suatu kelompok yang sangat menyimpang dari kelompok-kelompok
Crustacea lainnya. Selain itu, sebagian besar anggotanya bercangkang mirip
Pelecypoda, sehingga pernah dianggap sebagai anggota filum Mollusca. Baru dalam
tahun 1830, ketika stadium-stadium larvanya ditemukan, dapat diketahui hubungan
antara teritip dengan hewan.
2.2
Ciri-ciri
1. Biasanya
berwarna hitam, putih, kuning atau krem.
2. Seluruh
Cirripedia merupakan makhluk laut.
3. Beberapa
spesies Cirripedia berupa parasite.
4. Berbeda
dengan spesies yang hidup bebas, yang parasite memiliki tubuh yang tidak
bersegmen, tanpa karapas atau kaki. Mereka menempel ke permukaan-permukaan yang
mereka jadikan itu sebagai pasangan pertama mereka sebagai antenna.
5. Tubuh
dengan kepala dan dada yang ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di
laut melekat pada batu atau benda lain.
6. Cangkang
Cirripedia biasanya terdiri dari 6 kepingan.
7. Kaki
Cirripedia dilengkapi bulu-bulu untuk membantunya memasukkan air ke cangkangnya
sehingga mereka dapat makan.
8. Barnacle
atau Cirripedia adalah filter feeder (suspension feeder). Ketika bayi
Cirripedia telah melekat pada suatu permukaan yang keras, maka lapisan tipis
daging danuter shell tumbuh pada
permukaan tubuh cirripedia.
9. Cangkang
luar tersebut melindungi cirripedia dari predator
10. Sekali
cirripedia melekat pada sesuatu biasanya dia akan berada disana sepanjang
hidupnya.
2.3
Klasifikasi
Cirripedia
Terdiri
dari 3 super ordo :
1. Thoracica
Ordo ini terdiri dari teritip (barnacle) dan hidup di laut. Tubuhnya ditutupi oleh cangkang kapur. Ada enam pasang
embelan dada bercabang dua. Teritip adalah hermafrodit, mereka tidak membuahi
teiurnya sendiri tetapi menyampaikan spermanya kepada teritip lain terdekat
melalui penisnya yang dapat dijulurkan sampai beberapa inci. Telur yang dibuahi
menetas menjadi nauplius planktonik, setelah ganti kulit beberapa kali menjadi
sipris (cypris) yang bercangkang dan mempunyai tetesan minyak dalam
cangkang sehingga masih dapat mengapung di plankton.
Ada dua bentuk umum, (a) cangkangnya dibangun langsung menempel pada
substrat yang dinamakan teritip baran (acorn
barnacle), contoh Bala-nuslty menempel dengan tangkai seperti
kulit yang menempel pada substrat yang dinamakan teritip angsa atau teritip
bertangkai (goose barnacle).
Mereka pemakan menyaring (filter feeder). Cara
makan dengan membuka cangkangnya dan mendepakkan kakinya untuk menangkap
makanan. Mereka makan. plankton. Kelompok hewan ini banyak hidup di perairan
pantai pada benda-benda melekat di bawah atau di atas permukaan laut atau pada
benda-benda terapung.
2.
Acrothoracica
Hewan parasit, tidak mempunyai cangkang
kapur dan tubuhnya ditutupi oleh mantel besar. Contoh Alcippe
lampas, jantan kecil, tak berkaki dan melekat pada betina, melubang ke
dalam cangkang Natica yang berisi kelomang.
Gambar Alcippe lampas A. Jantan B. Betina :
1. Testis, 2. Benih
gelembung, 3. Kulit cincin kali lipat, 4. Antennules, 5. Sanggama organ, 6.
Maxipilled, 7. Kaki toraks, 8. Ovarium.
3. Rhizocephala
Hewan parasit, tidak ada embelan tubuh, saluran pencernaan, atau pun
peruasan pada hewan dewasa; melekat dengan tangkai, dengan akar-akarnya
menembus ke jaringan inangnya. Contohnya Sacculina (carcini), parasit
pada Crustacea Decapoda yang mendegenerasi menjadi sebuah kantung melekat pada
permukaan ventral antara dada dan abdomen.
Gambar Sacculina sp
4.
Ascothoracica
Merupakan
parasit pada echinodermata dan koral coelenterata, biasanya mempunyai antenna pertama
yang prehensil dan abdomen. Laura parasit
pada anthipatbaria (black
coral) coelenterate.
2.4
Reproduksi
Teritip merupakan hewan hermaprodit. Tetapi mereka tidak membuahi
dirinya sendiri. Mereka juga tidak melepaskan telur dan sperma ke dalam air
pada saat bersamaan. Setelah terjadi pembuahan silang, telur akan dierami pada
kantung telur yang terdapat dalam rongga mantel.
Telur akan menetas menjadi larva naupilus. Larva ini berenang
bebas. Seekor tritip dapat menghasilkan lebih dari 13000 larva nauplius.
Ukurannya sekitar 500 mikron hingga 2mm. Pada sudut-sudut depan larva terdapat
duri seperti tanduk. Ia memiliki antena dan satu buah mata. Tubuhnya berbentuk
perisai. Juga mengalami molting (pergantian kulit) beberapa kali. Pada tahap
ini, sistem sarafnya mulai berkembang, yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan mangsa.
Fase Nauplius
Kemudian larva naupilus berkembang menjadi larva cyprid. Pada
tahap ini, larva mulai mencari dan menempel pada substrat yang cocok. Ketika
menemukan substrat yang cocok, ia akan mengeluarkan lem dari kelenjar khusus di
antenanya untuk menempelkan dirinya sebelum bermetamorfosis ke tahap dewasa.
Setelah itu, ia akan membentuk struktur yang keras seperti cangkang mollusca.
Bersifat fototropik negatif atau menjauhi cahaya. Larva ini menjelajahi
permukaan substrat dengan merayap. Otak larva cyprid cukup kompleks. Ia
memiliki sistem sensori ganda yang digunakan untuk mendeteksi tempat hidup yang
sesuai.
Fase cyprid
Setelah dewasa, tubuhnya bisa mencapai 7 cm. Untuk mencapai tahap
dewasa, larva teritip membutuhkan waktu lebih dari enam bulan. Karapaks sudah
menyatu dengan tubuhnya, sehingga hanya ada celah untuk jalan keluar masuk
tentakel agar tetap bisa makan serta celah untuk penis. Tubuh larva cypris dibungkus 2 keping
karapas, mempunyai sepasang mata majemuk, sessile dan 6 pasang apendik thorax.
Pada tempat yang cocok, larva cyprid akan menempel dengan menggunakan kelenjar
perekat pada antena pertama, kemudian mengalami metamoforsa dengan memanjangnya
cirri, melengkungkan tubuh dan mulai tumbuh rangka luar baru (keping cangkang)
dibawah karapas larva cypris yang lama.
Fase dewasa
Kutikula atau rangka luar yang melapisi bagian dalam rongga
mantel dan menutupi apendik secara periodik mengalami molting sebagaimana
halnya pada crustacea lain. Keping kapur atau cangkang dihasilkan oleh mantel,
dan tidak diganti pada waktu molting, namun terus tumbuh menjadi besar dan
tebal dengan adanya penambahan bahan-bahan (material) pada bagian tepinya. Zat
perekat dihasilkan selama hidup, dan juga diadakan perbaikan pada bagian-bagian
yang rusak. Zat perekat ini melekat dengan erat pada substrat.Predator teritip sangat banyak, seperti:
cacing, siput, bintang laut, dan ikan. Selain itu, teririp tidak mampu bertahan
hidup apabila ada limbah minyak. Mereka juga saling bersaing mendapatkan
habitat yang layak bagi dirinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cirripedia berasal dari bahasa Latin yang berarti kaki
bergulung, merupakan satu-satunya hewan kelompok Crustacea yang hidup sesil
(selain Crustacea parasit) sehingga membentuk suatu kelompok yang sangat
menyimpang dari kelompok-kelompok Crustacea lainnya. Selain itu, sebagian besar
anggotanya bercangkang mirip Pelecypoda, sehingga pernah dianggap sebagai
anggota filum Mollusca. Baru dalam tahun 1830, ketika stadium-stadium larvanya
ditemukan, dapat diketahui hubungan antara teritip dengan hewan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sachlan M. 1982. Planktonologi. Fakultas
Peternakan Dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang
V.A. Kulikova and V,A Omel'yanenko
http://www.nature.com/hdy/journal/v97/n3/fig_tab/6800866f3.html
http://dev.biologists.org/content/139/14/2463
MAKALAH
JENIS ZOOPLANKON DIPERIRAN
TAWAR
(PROTOZOA)
KELOMPOK 2
Ermin yuliana matis
Yohana luwarti
Chezya brygita
salstin
Gregorius
fonsian asar
Christianto salut
Januarius tallo
Yusup
Lukas Oilla
Andreas
Jemsit Halle
Pictor
luruk Kasew
PROGRAM STUDY MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENPGANTAR
Puji
dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
bimbingan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “jenis
zooplankton di perairan tawar”
ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Planktonologi
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi pembahasaan
maupun sistem penulisan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi penyusunan makalah ini kedepan. Akhir kata,
kami mengucapkan limpah terima kasih.
Kupang
, April 2019
DAFTAR ISI
KOVER
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian zooplankton
2.2 ciri-ciri umum zooplankton
2.3 klasifikasi zooplankton
2.4 jenis-jenis zooplankton
peirairan tawar
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Sistem
perairan menutupi 3/4 bagian dari permukaan
bumi yang dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai
bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang
sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996 dalam
Yazwar, 2008).Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus
merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil yang hanya dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop (Nugroho, 2006). Salah satu jenis makhluk
hidup berukuran kecil adalah Plankton.
Plankton
adalah semua kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan air berukuran
mikroskopis dan hidupnya melayang mengikuti arus (Odum, 1998). Pada dasarnya,
plankton terbagi atas dua kelompok besar yaitu plankton tumbuhan (fitoplankton)
dan plankton hewani (zooplankton) (Nontji, 2008).Fioplankton adalah tumbuhan
renik (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) yang hidupnya mengapung atau
melayang dalam laut, ukuranya sangat kecil antara 2-200 μm (1 μm =
0,001 mm) (Nontji, 2008). Kelompok organisme ini menjadi produsen utama (primary
producer) zat – zat organik (Hutabarat and Evans, 1984).Zooplankton atau
plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan.
Zooplankton
sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan
migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan
berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan
arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).zooplankton sangat
penting pada perairan Karena merupakan produsen primer yang memanfaatkan
fitoplankton.oleh Karena itu penting mengetahui jenis-jenis zooplankton.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu
organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di
lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk
golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal
pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat
kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan
Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton
banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton,
khususnya pada tingkat larva. Plankton
kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap,
yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1983; Omori dan
Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994). Meroplankton terdiri atas larva dari Filum
Annelida, Moluska, Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau planula Cnidaria,
berbagai macam Nauplius dan zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga
telur dan tahap larva kebanyakan ikan.
Kemudian yang termasuk holoplankton antara lain: Filum Arthopoda
terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata,
Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell
dan Newell, 1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).
Zooplankton dapat
ditemui mulai dari perairan pantai, perairan estuaria, muara sungai, danau, laut dalam, sampai di perairan
samudra, dari
wilayah perairan tropis hingga subtropis. Zooplankton dapat ditemukan pada
semua kedalaman air karena mereka memiliki kemampuan bergerak meskipun sangat
lemah, sehingga dapat membantu zooplankton untuk bergerak naik turun
dipengaruhi oleh arus air. (Michael, 1984. h.133). Walaupun beberapa
zooplankton dapat melakukan gerakan berenang yang aktif yang membantu
mempertahankan posisi vertikal, zooplankton secara keseluruhan tidak dapat
melawan arus air. (Odum, 1993. h.374).
2.2
Ciri- Ciri Umum Zooplankton
Zooplankton merupakan kelompok
plankton hewani yang pergerakannya kira-
kira tergantung pada arus air. Sebagian besar zooplankton memiliki kemampuan
berenang yang lemah. (Odum, 1993. h.374). Zooplankton merupakan organisme
akuatik yang dapat melakukan gerakan vertikal naik turun. Akan tetapi,
pergerakannya sangat lemah jika dibandingkan dengan arus air. Zooplankton dapat
melakukan gerakan migrasi vertikal harian. Zooplankton melakukan migrasi harian
dimana zooplankton bergerak ke arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada
malam hari. (Hutabarat dan Evans, 1986. h.1).
Zooplankton
umumnya memiliki tubuh yang sangat kecil dan transparan. Adaptasi perilaku
zooplankton untuk mempertahankan posisinya di dalam air agar tidak tenggelam
adalah dimilikinya duri- duri khusus di sekitar tubuhnya. Kerapatan plankton
agak lebih besar jika dibandingkan dengan massa air, sehingga setiap organisme
zooplankton pada akhirnya akan cenderung tenggelam. Zooplankton akan tenggelam
keluar dari wilayah- wilayah di mana banyak terdapat manakan, yaitu
fitoplankton. Zooplankton cenderung akan tenggelam karena daya renang
zooplankton sangat lemah sehingga tidak dapat mengatasi angin dan arus air,
sehingga zooplankton memiliki adaptasi khusus dalam mekanisme mengapung agar
zooplankton dapat tetap tinggal di dekat permukaan danau. (Nybakken, 1992. h.
48)
Karakteristik
zooplankton pada habitat yang berbeda akan menunjukkan karakteristik spesies
yang berbeda pula. Keberagaman spesies zooplankton di danau akan berbeda dengan
keberagaman spesies zooplankton di laut. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
tempat yang berbeda. Komunitas zooplankton di sebagian besar danau terdiri dari
5- 8 spesies dominan dan beberapa merupakan jenis spesies langka. (Goldmann dan
Horne, 1983. h. 225). Kelimpahan zooplankton di suatu perairan menunjukkan
indikator biologis kualitas perairan tersebut. Pada umumnya zooplankton
melakukan reproduksi secara uniseksual. Melalui pembelahan binner dan
parthenogenesis. Namun ada juga beberapa zooplankton yang melakukan pembelahan
secara seksual.
2.3 Klsifikasi zooplankton
Zooplankton merupakan organisme akuatik yang
dapat ditemukan di hampir seluruh habitat air tawar. (Shutters dan Rissik,
2008. h. 157). Sebagian besar zooplankton berukuran kecil (kurang dari 1 mm)
dan tubuhnya relatif transparan. Kelompok terpenting dari zooplankton air tawar
dan biasanya ditemukan di hampir seluruh habitat air tawar adalah kelompok
larva ikan, cladocera, copepoda, rotifera, dan protozoa. Kelompok larva ikan
merupakan kelompok zooplankton yang lebih besar dibandingkan kelompok
zooplankton yang lain. Larva ikan memiliki ukuran tubuh sekitar 2 - 20 mm.
Copepoda dan cladocera merupakan anggota kelompok zooplankton crustaceae.
Rotifera adalah zooplankton yang khusus untuk hewan akuatik yang kecil yang
merupakan spesies khusus hewan akuatik. Protozoa merupakan organisme uniseluler
yang tubuhnya berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ketiga kelompok
zooplankton yang lain. (Shutters dan Rissik, 2008. h. 157).
2.4 Jenis –jenis
zooplankton
Secara umum, zooplankton yang terdapat di perairan tawar didominasi oleh
empat kelompok besar, diantaranya :
2.4.1 Protozoa
v Cirri-ciri Protozoa
ü Protozoa adalah organisme uniseluler
ü ukuran tubuhnya berukuran mikroskopik (panjang tubuhnya kurang dari 1
mm).
ü protozoa memiliki bentuk tubuh yang beranekaragam.
ü Ciri khusus kelompok zooplankton ini adalah memiliki alat gerak
v Habitat
Protozoa hidup di air atau
setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di
lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organismeinang. Inang
protozoa yang bersifat parasitdapat
berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang
kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau
pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang
tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian
dari zooplankton. Protozoa
laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air
tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula
protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di
dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa
protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit
serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan
menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau
bentuk koloni. Di dalam ekosistem air
protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh
membransel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan
lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa
memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista.
Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida,
dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada
yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa
organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis
makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang
bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa
bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.
v Perkembangbiakan
Protozoa
berkembang biak secara asetsual (vegetatif) dan setsual (generatif).
Reprokduksi asetsual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian sel. Anak
anak sel dapat berukuran sama atau tidak sama. Apabila ada dua sel anak, maka
pembelahannya adalah pembelahan binner, jika terbentuk banyak anak sel maka
terjadi pembuahan bahurangkap (multiple
fission).
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara asetsual (vegetatif)
diantaranya meliputi:
ü pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali
dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan
biner terjadi pada Amoeba. Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara
membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu melakukan konjugasi.Euglena
membelah secara membujur /memanjang (longitudinal).
ü Spora, Perkembangbiakan asetsual pada kelas
Sporozoa (Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam
tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.
Reproduksi setsual terjadi pada berbagai kelompok protozoa, diantaranya
meliputi:
ü
Konjugasi, Peleburan inti sel pada organisme
yang belum jelas alat kelaminnya. Pada Paramaecium mikronukleus yang
sudah dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus, proses ini disebut
singami.
ü Peleburan
gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan dan gamet
betina. Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
v Berdasarkan alat geraknya, protozoa terbagi
kedalam empat kelas :
Ø
Rhizopoda
Pengertian
Rhizopoda adalah protozoa yang bergerak dengan kaki
semu/palsu (pseudopodia). Istilah Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu
dari kata rhizo yang berarti akar, dan
kata pod yang berarti kaki. Rhizopoda disebut juga
dengan Sarcodina. Sedangkan istilah Pseudopodia dalam bahasa
Yunani adalah pseudes yaitu palsu, dan pod yang berarti kaki. Pseudopodia merupakan
penjuluran sitoplasma terbentuk saat bergerak untuk mendekati sumber makanan.
Pseupodia dapat muncul di permukaan sel bagian manapun.
Sitoskeleton
yang terdiri dari mikrotubulus dan mikrofilamen memiliki
peranan dalam pergerakan pseupodia yang pada saat bergerak, Rhizopoda
menjulurkan pseudopodia dan mengaitkan ujungnya, dan kemudian sitoplasma akan
lebih banyak mengalir ke pseudopodia. Bentuk dari pseudopodia atau kaki semu
adalah tebal dan membulat atau tipis meruncing.
Ciri-ciri
Rhizopoda (sarcodina) memiliki beberapa
karekteristik/ciri-ciri yang membedakan jenis protozoa lainnya. Ciri-ciri
rhizopoda adalah sebagai berikut..
ü Bergerak dengan kaki semu/palsu (pseudopodia)
ü Bersifat heterotrof
ü Ukuran tubuh sekitar 200-300 mikron
ü Umumnya hidup di air tawar atau laut
ü Bentuk yang dapat berubah-ubah atau tidak
tetap
ü Ada yang bercangkang dan tidak
ü Memiliki ektoplasma dan endoplasma,
ü Memiliki vakuola makanan dan juga vakuola
kontraktil
ü Rhizopoda menelan makannya/fagosit
ü Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan
diri
ü Hidup dengan bebas atau parasit.
ü Pernapasan dengan cara difusi ke seluruh
permukaan tubuh
Reproduksi
Rhizopoda bereproduksi secara aseksual,
sedangkan reproduksi secara seksual kini belum diketahui. Reproduksi secara
aseksual melalui berbagai mekanisme dengan pembelahan sel yang mengarah ke
pembelahan mitosis. Namun, tahap-tahap mitosis tidak tampak dengan jelas.
Contohnya, pada proses pembelahan sel yang terbentuk benang-benang spindel,
akan tetapi membran inti tidak pernah menghilang selama proses pembelahan.
Pembelahan sel diawali dengan pembelahan inti yang selanjutnya membran plasma
semakin melekuk ke arah dalam hingga terbentuk dua sel anakan.
Habitat
Rhizopoda
pada umumnya hidup bebas di alam, namun ada pula yang hidup sebagai parasit di
tubuh hewan dan manusia. Rhizopoda yang hidup parasit dapat menyebabkan
penyakit. Rhizopoda yang hidup bebas di alam dapat ditemukan di air laut, air
tawar, tanah yang basah, atau tempat yang berair dan lembap. Beberapa Rhizopoda
dapat membentuk kista bila kondisi lingkungan memburuk, misalnya Amoeba sp.Berdasarkan
tempat hidupnya Amoeba dibedakan menjadi :
§
Ektamoeba hidup di
luar tubuh organisme (hidup bebas). Misalnya Amoeba proteus
§
Entamoeba hidup di
dalam organisme
Contoh Rhizopoda
ü Amoeba proteus, hidup di tanah basah dan tidak memiliki
cangkang (terbuka).
ü
Difflugia, hidup
di air tawar, mengeluarkan lendir yang menyebabkan butir-butir pasir halus
dapat melekat.
ü Arcella, hidup di air tawar. Cangkang Arcella tersusun dari
zat kitin atau fosfoprotein. Cangkang tubuh bagian atas berbentuk kubah,
sedangkan bagian bawah berbentuk cekung dengan lubang-lubang sebagai tempat
keluarnya pseudopodia.
ü Heliozoa (hewan matahari), hidup di air tawar.
Pseudopodia Heliozoa bersifat kaku. Cangkangnya mengandung kitin atau silika
seperti kaca.
Peranan
Rhizopoda memiliki
peranan baik itu yang menguntungkan maupun yang merugikan dari beberapa contoh
rhizopoda antara lain sebagai berikut
·
Difflugia, hidup di air tawar dan mengeluarkan lendir yang menyebabkan
butir-butir pasir halus dapat melekat
·
Entamoeba gingivalis, hidup pada gusi dan gigi manusia dengan memakan sisa-sisa
makanan di sela-sela gigi dan dapat menyebabkan kerusakan gigi dan radang
gusi
·
Entamoeba coli, hidup di dalam organ tubuh yaitu usus besar (kolon), tidak
bersifat parasit yang kadang-kadang dapat menyebabkan diare
·
Entamoeba histolytica, hidup parasit di usus manusia yang dapat menyebabkan penyakit
disentri. Organisme ini dapat menyebar melalui air minum, makanan, dan
peralatan makanan yang terkontaminasi protozoa tersebut baik dalam bentuk sista
maupun bentuk sel aktif
Ø Cilliata
Cirri –ciri
Ciliata merupakan protozoa yang bergerak dengan
memakai silia (rambut getar). Ciliata disebut juga dengan infusoria
(latin, infundere = menuang), karena umumnya hidup dalam air buangan yang
mengandung banyak zat organik.Istilah Ciliata dalam bahasa latin
yaitu cilia yang artinya rambut kecil atau Ciliophara (Yunani, Phora
= gerakan). Dalam melakukan seluruh kegiatan dan hidupnya, cilliata
memakai organel-organel sel berupa membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria.
Ciliata yaitu kelompok protista yang mirip dengan hewan atau
yang biasa disebut dengan Protozoa. Ciliata adalah kelompok terbesar dari
Protozoa. Protozoa termasuk kedalam kingdom animalia pada klasifikasi lama,
sedangkan dalam klasifikasi sistem 6 kingdom, protozoa masuk kedalam kingdom
Protista, hal ini terjadi karena tubuh mereka tidak terdeferensiasi dengan
jelas dan reproduksinya tidak terbentuk secara embrionik.
Ciliata mempunyai rambut getar yang disebut dengan silia sebagai
alat untuk bergerak bebas ke segala arah di dalam air. Silia ini juga mampu
menerima ransangan dan juga mengambil makanan. Rambut getar ini yang berupa
bulu bulu halus yang terletak dan melekat pada membran sel. Ciliata banyak
ditemukan di sawah, rawa, dan tempat-tempat berair lainnya yang mengandung banyak
bahan yang sifatnya organik.
Ciliata memiliki bentuk tubuh oval dan tidak berubah-ubah.
Ciliata memiliki bentuk tubuh oval dan tidak berubah-ubah.
Ciri- ciri
Ciliata mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang
membedakan jenis-jenis protozoa yang lainnya. Ciri-ciri umum ciliata yaitu
sebagai berikut :
·
Bergerak dengan silia
atau rambut getar
·
Sifatnya heterotrof
·
Pembelahan biner
·
Umumnya berukuran
mikroskopis, tapi ada juga spesies yang berukuran 3 mm sehingga
bisa dilihat dengan mata telanjang
·
Terdapat pada seluruh
bagian sel atau pada bagian tertentu.
·
Membantu pergerakan
makanan ke sistoma
·
Bentuk tubuh oval dan
tidak berubah-ubah atau tetap
·
Mempunyai dua inti sel
yakni makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus sebagai fungsi
vegetatif, dan mikronukleus sebagai fungsi reproduksi yakni konjugasi
·
Hidup bebas pada
lingkungan berair baik itu air laut maupun air tawar yang banyak mengandung
sebuah zat organik
·
Hidup secara parasit,
simbiosis dan ada juga yang hidup bebas di alam
Reproduksi
Ciliata dapat bereproduksi secara vegetatif
maupun secara generatif. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara pembelahan
biner. Pembelahan biner diawali dengan pembelahan makronukleus. Makronukleus
memanjang, kemudian membelah menjadi dua. Pada pembelahan biner tidak terjadi
pembelahan secara mitosis. Selanjutnya, sitoplasma membelah secara transversal
(membujur) sehingga dihasilkan dua sel anakan.
Reproduksi generatif terjadi dengan cara
konjugasi. Reproduksi secara konjugasi ini menghasilkan Ciliata dengan sifat
kombinasi baru (rekombinasi genetik). Mekanisme konjugasi pada Paramecium
adalah sebagai berikut.
1) Dua sel Paramecium yang cocok
untuk kawin saling berdekatan, kemudian saling berlekatan pada sebagian
tubuhnya.
2) Mikronukleus dengan kromosom diploid (2n) pada masing masing sel
membelah secara meiosis sehingga masing-masing sel memiliki empat mikronukleus
yang haploid (n). Namun tiga mikronukleus akan hancur.
3) Satu mikronukleus haploid (n) yang
tersisa, kemudian membelah secara mitosis menjadi dua mikronukleus yang haploid
(n).
4) Pasangan mikronukleus pada setiap sel
kemudian saling bertukar mikronukleus satu sama lain.
5) Mikronukleus yang didapatkan dari sel
lain akan menyatu dengan mikronukleus dari sel asal, membentuk mikronukleus
yang diploid (2n) dengan sifat genetik campuran (rekombinasi genetik).
Penyatuan mikronukleus dan individu yang berbeda tersebut disebut singami.
6) Pasangan sel Paramecium kemudian
berpisah. Mikronukleus diploid (2n) pada setiap sel kemudian membelah secara
mitosis tiga kali secara berturut-turut, sehingga menghasilkan delapan
mikronukleus yang diploid (2n).
7) Makronukleus yang asli pada masing-masing
sel akan hancur. Empat mikronukleus diploid (2n) kemudian berkembang menjadi
empat makronukleus diploid (2n) yang baru dengan cara replikasi DNA
berulang-ulang. Empat mikronukleus diploid (2n) lainnya tetap sebagai empat
mikronukleus diploid (2n).
8) Setiap
Sel kemudian membelah dua kali tanpa disertai pembelahan nukleus, sehingga
setiap satu sel akan menghasilkan empat sel anak yang identik, yang memiliki
satu makronukleus diploid (2n) dan satu mikronukleus diploid (2n). Dari satu
kali proses konjugasi yang dilakukan oleh dua sel Paramecium dihasilkan
delapan sel anak diploid (2n) dengan kombinasi kromosom antara kedua induknya.
Habitat
Sebagian besar Ciliata
hidup sebagai sel soliter di air tawar maupun air laut. Ciliata banyak
ditemukan di air sawah, air sungai, air kolam, dan air selokan, terutama yang
banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan dan hewan, atau sampah organik. Ciliata
yang hidup bebas di Iingkungan berair
Peranan
Ciliata memiliki peranan yang
menguntungkan dan merugikan antara lain sebagai berikut
·
Peranan
Ciliata yang Menguntungkan : Didinium, mirip
dengan ceret bertangkai yang memiliki peranan sebagai predator di air
tawar
· Peranan Ciliata yang Merugikan : Balantidium coli, hidup parasit dalam usus manusia yang dapat
menyebabkan gangguan perut dan dapat menyebabkan diare berdarah.
Ø
Flagellata
Pengertian
Flagellata berasal dari
kata flagellum yang berarti “bulu cambuk”. Flagellata juga
sering disebut sebagai Mastigophora. Kata “mastigophora” berasal dari bahasa
Yunani yaitu mastig yang berarti “cambuk” dan phoros yang berarti “gerakan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Flagellata adalah jenis Protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu cambuk
(flagela).
Ciri-ciri
Flagellata atau Mastigophora mempunyai beberapa karakteristik atau
ciri-ciri yang membedakannya dengan ketiga jenis Protozoa lainnya. Berikut ini penulis uraikan
ciri-ciri Flagellata secara umum.
■ Bergerak dengan bulu cambuk (flagelum).
■ Hidup bebas (soliter), Saprofit, parasit pada hewan dan manusia
dan ada juga yang bersimbiosis mutualisme.
■ Memiliki pelikel yang merupakan selaput fleksibel untuk melindungi
dan memberi bentuk tubuh yang tetap meski tanpa struktur rangka luar.
■ Bersifat mikroskopis, sebagian besar Flagellata tidak dapat
diamati oleh mata telanjang (tanpa bantuan mikroskop).
■ Pada umumnya memiliki bentuk tubuh oval, panjang dan bulat.
■ Bersifat uniseluler jika hidup secara soliter atau multiseluler
jika hidup berkoloni.
■ Ada yang memiliki mitokondria dan ada juga yang tidak.
■ Tidak dapat membentuk sista.
■ Habitat Flagellata sebagian besar adalah air tawar, air laut,
tanah yang basah atau di dalam tubuh makhluk hidup sebagai parasit.
Reproduksi
Untuk Flagellata jenis fitoflagellata, bereproduksi melalui dua cara yaitu secara seksual dengan
konjugasi dan secara aseksual dengan membelah diri. Sedangkan untuk Flagellata
jenis zooflagellata, reproduksi terjadi secara aseksual dengan
pembelahan biner membujur (longitudinal)
Habitat
Habitat
Flagellata sebagian besar adalah air tawar, air laut, tanah yang basah .
BAB III
PENUTUP
3.1 Keisimpulan
Setela menyusun tulisan ini kami daapat menyimpulkan bahwa protozoa pada
perairan tawar dibedakkan menjadi empat kelas
yang diantaranya rhizoopoda,
ciliata,flagellata dann sporoozooa.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi H.2004.telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan.kanisius,Yogyakarta.258 p
Tambaru ,R., A.H Muhiddin dan H.S.Malida.2014.Analisis perubahan
kepadatan
Zooplankton berdasarkan
kelimpahan fitoplankton pada berbagai waktu dan kedalaman di perairan pulau
badi kabupten pangkep.Torani (jurnal ilmu kelautan dan perikanan
Yuliana.2014.Keterkaitn antara kelimpahan zooplankton dengan
fitoplankton pada parameter fisika –kimia di perairan Jailolo,Halmahera
barat.Maspari jurnal.vol.6(1): 25-31
MAKALAH
PLANKTONOLOGI
KELOMPOK
5
(Diaphanosoma
sp )
Nama
anggota :
•
Claudya Hau Radja ( MSP
A/1713020142)
•
Estrina Talaan ( MSP A/1713020092)
•
Fransiska dewi ( MSP A /1713020015)
•
Marlin Fanggi Tasik ( MSP B /1713020016)
•
Yulita Fernandes ( MSP B
/1713020040)
•
Yosefina Molan( MSP B /1713020043)
•
Roynaldo Redo (MSP B /1713020094)
•
Beatrix Paa( MSP A/1713020121)
•
Imelda Abuk (MSP A/1713020007)
•
Selestina Ratumakin (MSP
B/1713020051)
MANAJEMEN
SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
.Latar Belakang
Pada saat ini budidaya perikanan
berkembang pesat seiring dengan permintaan konsumen yang semakin meningkat.
Usaha pengembangan budidaya tentunya tidak terlepas dari kegiatan pembenihan
yang selama ini menjadi faktor pembatas dalam pengembangan usaha budidaya di
Indonesia. Tahap awal pembenihan untuk pertumbuhan larva ikan adalah
ketersediaan pakan terutama pakan alami. Jenis pakan alami yang dapat diberikan
pada larva ikan mempunyai kriteria penting yang harus dipenuhi, antara lain
pergerakan yang tidak terlalu cepat, sehingga mudah ditangkap, mudah dicerna
dan diserapoleh saluran pencernaan larva dan memiliki ukuran tubuh yang sesuai
dengan bukaan mulut dan juga mudah dikultur secara massal. Salah satu pakan
alami yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Diaphanosomasp. (Mudjiman,
2004;Thariq dkk, 2002)
Diaphanosomasp. merupakan salah satu
jenis zooplankton yang saat ini banyak dibudidayakan karena mengandung protein
yang cukup tinggi dan disukai oleh larva ikan laut Diaphanosomasp dalam pertumbuhan
dan perkembangbiakannya membutuhkan pakan alami.Pakan alami yang banyak
dimanfaatkan untuk budidaya Diaphanosomasp.antara lain Tetraselmissp. ,
Nannochloropsissp. dan Dunaliellasp.
Pakan -pakan alami tersebut merupakan fitoplankton yang mudah diperolehdialam
dan sudah dibudidayakan secara massal karena pertumbuhan dan perkembangannya
yang juga cepat (Basmi, 2000).Menurut Wina (2013) pemberian pakan kombinasi
fitoplankton yang terbaik bagi pertumbuhan Diaphanosomasp. adalah
Tetraselmissp. 50% + Nannochloropsissp. 25% + Dunaliellasp. 25%.Diaphanosomasp.
termasuk ordo Cladocera yang merupakan jenis zooplankton yang
bersifateurihalineartinya organisme ini memiliki toleransi terhadap salinitas
yang luas. Diaphanosomasp. juga dapat tumbuh danberkembang dengan optimal pada
salinitas tertentu (Basmi,2000)Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukanpenelitian mengenai Diaphanosomasp. pada berbagai tingkat salinitas
yang berbeda dengan pemberian pakan kombinasi fitoplankton dilakukan untuk
mengetahui salinitas yang terbaik dalam mendukung laju pertumbuhan yang
optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zooplankton
Zooplankton atau plankton
hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan.
Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya
gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya
zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton
dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai
plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut
meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton
tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1983;
Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994).
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum
Annelida, Moluska, Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau planula Cnidaria,
berbagai macam Nauplius dan zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga
telur dan tahap larva kebanyakan ikan.
Kemudian yang termasuk holoplankton antara lain: Filum Arthopoda terutama
Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora,
Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell,
1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).
Menurut Arinardi
dkk, (1994), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya menjadi lima
(Tabel 1).
Tabel 1. Pengelompokkan Zooplankton Berdasarkan
Ukurannya No
|
Kelompok
|
Ukuran
|
Organisme Utama
|
1
|
Mikroplankton
|
20-200 μm
|
Ciliata,
Foraminifera, Nauplius, Rotifera, Copepoda
|
2
|
Mesoplankton
|
200 μm-2 mm
|
Cladocera,
Copepoda, Larvacea
|
3
|
Makroplankton
|
2-20 mm
|
Pteropoda,
Copepoda, Euphasid, Chaetohnatha
|
4
|
Mikronekton
|
20-200 mm
|
Chepalopoda,
Euphasid, Sargestid, Myctophid
|
5
|
Megaplankton
|
>20 mm
|
Scyphozoa,
Thaliacea
|
Jenis zooplankton tersebut belum
seluruhnya dibudidayakan karena masih belum diketahui manfaatnya bagi
pertumbuhan ikan yang mempunyai nilai ekonomis.Salah satu jenis zooplankton
yang saat ini banyak dibudidayakan adalah Diaphanosoma sp. yang
merupakan zooplankton dari ordo Cladocera (Arinardi dkk, 1994).
B. Klasifkasi Diaphanosoma
sp.
Jenis Crustacea yang saat ini mulai
dikembangkan untuk pakan hidup organisme laut adalah dari ordo Cladocera.
Produksi Cladocera air tawar yang telah umum dilakukan di Indonesia, Taiwan,
dan Thailand dengan pakan utama berupa kotoran ayam, kotoran babi dan Chlorella
sp.air tawar yaitu Daphnia sp. (famili : Daphnidae), Moina sp.
(famili : Moinidae). Cladocera air laut yang berpotensi sebagai pakan hidup
organisme laut, salah satunya adalah dari famili Sididae jenis Diaphanosoma sp.
(Thariq, 2002)
Menurut Yamaji (1984) Diaphanosoma
sp. diklasifikasikan sebagai berikut :
Fillum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Sub Kelas :Phyllopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Sididae
Genus : Diaphanosoma
Species : Diaphanosoma sp
C. Morfologi Diaphanosoma
sp.
Bentuk tubuh dari Diaphanosoma sp.
adalah oval atau bulat memanjang, transparan dan badan tertutup karapaks. Ordo
Cladocera ini mempunyaisepasang mata (mata majemuk) yang selalu berputar dan
sangat sensitif terhadap sinar (Soelistyowati, 1978)
Tubuh Diaphanosoma terbagi menjadi 3
bagian yaitu kepala (cephalin), dada (thorax) dan abdomen. Kepala
dan dada bergabung membentuk chepalothorax (Aryanto, 2008). Menurut
Romiharto dan Juwana (2001), Diaphanosoma sp. dari ordo Cladocera
mempunyai dua pasang antenna, sepasang mandibel atau rahang dan dua pasang
maksila. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah bergerak daripada kepala
dan dada, terdapat 4 sampai 6 pasang lengan (Swimming limbs), mempunyai
kantong telur (brood pouch) pada individu betina dan memiliki ukuran
panjang berkisar antara 0,5-1mm (Gambar 1).
Ukuran besar Diaphanosoma sp.
menurut Rusyani dkk (2005), berkisar antara 851-1035 μm, ukuran sedang antara
651-850 μm, dan ukuran kecil berkisar antara 450-650 μm
(Gambar 2).
Gambar 2. Ukuran Anakan Diaphanosoma
sp.
D. Habitat Diphanosoma sp.
Diaphanosoma sp. merupakan zooplankton
dari ordo Cladocera yang dapat tumbuh di air tawar, payau maupun di air laut.
Zooplankton ini dapat tumbuh baik di perairan yang banyak fitoplankton sebagai
pakan alaminya. Ordo Cladocera ini hidup secara planktonik, bersifat kosmopolit
dan tersebar dalam danau, perairan dangkal maupun kolam, di daerah litoral
karena daerah tersebut banyak ditumbuhi alga (Soelistyowati, 1978).
Diaphanosoma sp. juga dapat hidup pada
kondisi perairan yang mempunyai kandungan oksigen rendah, sehingga dalam
budidaya Diaphanosoma sp. pengudaraan (aerasi) dibuat sedang saja karena
apabila aerasi terlalu kuatdapat mengakibatkan stress dan menghambat
pertumbuhan (Kokarkin dan Prastowo, 1998 ; Rusyani dkk, 2005)
Menurut Thariq dkk, (2007), hampir
semua ordo Cladocera dapat hidup padakadar garam nol (air tawar) sampai dengan
kadar garam yang tinggi (eurihaline) tergantung dari jenisnya.
Zooplankton ini termasuk kedalam golongan fototropik negatif yaitu menyukai
tempat-tempat yang teduh, sehingga digolongkan kedalam organisme fotofobik dan
lebih menyukai air yang tenang. Di alam Diaphanosoma sp. banyak
ditemukan pada perairan bersalinitas 20 ppt sampai 35 ppt.
Menurut Aryanto (2008), Diaphanosoma
sp. memiliki kaki datar yang berguna menimbulkan arus air, untuk membawa
oksigen dan partikel makanan lainnya. Mudjiman (2004) menyatakan bahwa
pengambilan makanan dilakukan dengan menggerakkan kaki-kakinya yang pipih.
Gerakan kaki tersebut menimbulkan arus air yang membawa makanan kearahnya, dan
langsung ditelan tanpa diseleksi terlebih dahulu.
E. Siklus Hidup Diphanosoma
sp.
Perkembangan Diaphanosoma
sp. (Siklus hidup) dari larva hingga dewasa tidak mengalami
perubahan bentuk, antara anak yang baru dilahirkan dengan induknya mempunyai
bentuk dan morfologi yang hampir sama. Anakan yang dihasilkan tidak melalui
pelepasan dalam bentuk telur, akan tetapi didalam perut induk betina sudah
mengalami pertumbuhan menjadi larva anakan yang telah sempurna ( Thariqdkk,
2007)
Menurut Arumwulan (2007), Ordo
Cladocera ini melakukan reproduksi secara partenogenesis yaitu tanpa melalui
proses perkawinan antara induk betina dan jantan. Suwignyo dkk, (2005)
menyatakan bahwa ordo Cladocera ini melakukan perkembangbiakan secara dioecious
sepanjang tahun dan bereproduksi secara partenogenesis dalam lingkungan yang
baik yaitu telur dierami di dalam kantung pengeraman dan anak yang dihasilkan
selalu betina.
Waktu yang diperlukan dari
larva menjadi dewasa antara 5-8 hari bergantung pada pakan dan faktor lingkungan.Induk
betina yang sedang hamil terlihat seperti belah ketupat, dan pada bagian perut
tampak bintik mata larva berwarna merah, jumlah anakan berkisar antara 4-10
ekor. Waktu yang dibutuhkan dari perkawinan sampai menetas waktunya berkisar
antara 3-5 hari, setelah menetas 2-5 harinya sudah terlihat ada anakan di dalam
perut Diaphanosomasp. (Thariq dkk, 2007)
Gambar 3. Induk
Diaphanosoma sp.
F. Pakan dan Cara Makan Diaphanosoma
sp.
Pada dasarnya, jenis pakan untuk Diaphanosoma
sp. hampir sama dengan pakan Copepoda, mampu mengkonsumsi dan mencerna
fitoplankton, bahan organik, ragi dan bakteri. Hasil kajian yang dilakukan di
BBAP Jepara, Diaphanosoma sp. yang diberi pakan jenis fitoplankton hijau
pertumbuhannya lebih baik daripada diberi pakan Diatom, meskipun hal tersebut
perlu dikaji lebih dalam lagi (Kokarkin dan Prastowo, 1998). Pemberian kotoran
ayam, menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dan cenderung stabil. Hasil
isolasi dan pengembangan kultur massal di BBPBL Lampung, memberi hasil yang hampir
serupa. Pemberian pakan Tetraselmis pada kultur skala laboratorium
pertumbuhan populasinya tertinggi dan tercepat dan dapat juga dikombinasikan
dengan Isochrysis dan Pavlova. Untuk kultur secara massal yang
telah diberikan adalah Chaetoceros, Nannochloropsis dan pakan
fermentasi (Pramudyastuty, 2013). Penelitian dan pustaka tentang Diaphanosoma
sp. sampai saat ini masih belum banyak, sehingga sedikit sekali informasi
tentang biologi, siklus hidup, ekologi, dan jenis pakannya (Thariq dkk., 2007)
G. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Zooplankton
1. Salinitas
Salinitas adalah komposisi ion-ion
dalam perairan (Wetzel, 1983). Ion-ion yang terdapat dalam perairan laut
terdiri dari enam elemen, yaitu klorin, sodium, magnesium, sulfur, kalsium dan
potassium. Menurut Andrews dkk, (2003) salinitas atau kadar garam merupakan
jumlah total material terlarut dalam air. Salinitas dapat berfluktuasi karena
pengaruh penguapan dan hujan. Salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangbiakan zooplankton, pada kisaran salinitas yang tidak sesuai
berpengaruh terhadpa tingkat kelangsungan hidupnya dan pada tingkat
pertumbuhannya. Salinitas yang ekstrim dapat menghambat pertumbuhan dan
meningkatkan kematian pada zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982),
pada salinitas 0-10 ppt hidup plankton air tawar, pada salinitas 10-20 ppt
hidup
plankton air payau, sedangkan pada
salinitas yang lebih besar dari 20 ppt hidup plankton air laut.
2. Suhu
Secara fisiologis perbedaan suhu
perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa
zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan
kemelimpahan zooplankton. Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan
faktor pembatas penyebaran suatu jenis dalam hal ini mempertahankan
kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985).
Sedangkan menurut Dawes (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup
normal adalah 20-35ºC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5ºC. Menurut Dawson (1979)
suhu yang baik untuk kemelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum
berkisar antara 24-30 ˚C.
3. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai
pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga sering dipakai
untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Menurut Raymont (1983), pH dapat
mempengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari
berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa
kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah gas untuk
respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan.
Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan
metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan
pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan
naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1982). Menurut Raymont
(1983), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang dibutuhkan oleh
organisme perairan adalah 1 ppm.
5. Amonia dan Nitrit
Amonia (NH3) yang terkandung dalam
suatu perairan merupakan salah satu hasil dari proses penguraian bahan organik.
Amonia ini berada dalam dua bentuk yaitu amonia tak berion (NH3 dan amonia
berion (NH4). Amonia tak berion bersifat racun sedangkan amonia berion tidak
beracun. Tingkat peracunan amonia tak berion berbeda untuk setiap species,
tetapi pada kadar 0,6 ppm dapat menyebahayakan organisme tersebut (Boyd, 1982)
Amonia biasanya timbul
akibat kotoran organisme dan aktifitas jasad renik dalm proses dekomposisi
bahan organik yang kaya akan nitrogen. Tingginya kadar amonia biasanya diikuti
naiknya kadar nitrit. Tingginya kadar nitrit terjadi akibat lambatnya perubahan
dari nitrit ke nitrat oleh bakteri nitrobakter (Murtidjo dkk, 1992).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diaphanosoma sp. merupakan zooplankton
dari ordo Cladocera yang dapat tumbuh di air tawar, payau maupun di air laut.
Zooplankton ini dapat tumbuh baik di perairan yang banyak fitoplankton sebagai
pakan alaminya. Ordo Cladocera ini hidup secara planktonik, bersifat kosmopolit
dan tersebar dalam danau, perairan dangkal maupun kolam, di daerah litoral
karena daerah tersebut banyak ditumbuhi alga (Soelistyowati, 1978).
Diaphanosoma sp. juga dapat hidup pada
kondisi perairan yang mempunyai kandungan oksigen rendah, sehingga dalam
budidaya Diaphanosoma sp. pengudaraan (aerasi) dibuat sedang saja karena
apabila aerasi terlalu kuatdapat mengakibatkan stress dan menghambat pertumbuhan.
MAKALAH PLANKTONOLOGI
"CLADOCERA"
OLEH
KELOMPOK 6
MARIA FILOMENA SOSE (1713020026) /A
MAGDALENA KEWA GELALANG TUKAN (1713020122)/A
THERESIA VIRGINIA BELMO (1713020068)/B
SERVIANA BETE (1713020116)/B
CHARLES GIOVANNI BERE (1713020103)/A
HERMAN ADRIAN MEAK (1713020071)/A
ENJELIUS NUREN KERANS (1713020037)/A
KASMIRUS FILU (1713
ANTONIUS M.G.N BLOLON (1713020080)/A
MANEJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3
Latar
Belakang
Cladocera merupakan zooplankton yang berasal dari nenek moyang Euphyllopoda yang berubah menjadi neotenic .
Dua sahabat tersebut telah menemukan beragam tingkah laku padahewan yang
diamatinya, namun temuannya belum bisa diterima secara ilmiah. Cladocera atau
cladocerans
kecil
biasa disebut air fleas,bagian KelasBranchiopoda.Mereka membentuk grup
monophyletic,yang saat ini dibagi dalam empat suborders,
11keluarga,80genera,dan sekitar 400
spesies. Yang paling umum dikenal adalah genus
Daphnia (air tawar air fleas),yangmerupakan sebagian besar penelitian di
grup ini; Daphnia umumnya digunakan
untuk menguji bahan kimia racun dalam solusi atau pencemaranair.
Kelompok
Cladocera adalah bagian dari kelas arthropod air besar, yang crustacea.cladocera
merupakan subsumed dalam grup yang disebut Phyllopoda. Hal ini disebabkan
olehsebuah phylogenetic reorganisation dari arthropod ekstremitas yang pada
Cladocera tidak lagimenunjukkan pola khas tersendiri, tetapi bagian-bagian yang
lebih mirip seperti meninggalkanstruktur. Cladocera terutama mendiami air
segar, hanya delapan spesies hewan laut yang nyata.Sumber makanan utama mereka
adalah mereka yang menyaring phytoplankton melalui lubangkiri oleh carapax.
1.4
Rumusa Masalah
1. Bagimana Klasifikasi dari
cladocera?
2. Bagaimana morfologi dan
fisologi dari cladocera?
3. Bagaimana habitat dan
sistem reproduksi dari cladocera?
4. Bagimana peranan dari
cladocera?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Klasifikasi Cladocera
Kingdom : Animalia
Filim : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Spesies : Cladocera
Cladocera berasal dari kata klados = cabang dan keras = tanduk. Ordo Cladocera dinamakan juga water flea. Ordo cladocera dinamakan juga Kutu air merupakan bagian dari
branchiopoda yang membentuk suatu grup monophyletic yang saat ini mempunyai 11
keluarga, 80 genera, dan sekitar 400 spesies. Artinya kaki yang juga berfungsi
seperti insang jumlahnya sedikit, hanya 5 sampai 6 pasang. Kelompok cladocera
adalah bagian dari kelas arthropod yang crustacean, digolongkan dalam grup
phyllopoda. Yang umum dikenal adalah genus dari Daphnia sebagai penguji adanya
indikasi pencemaran air.
2.2 Morfologi
Cladocera (air fleas) sebuah grup besar dari
‘paut limbed’ binatang, yang sebagian besar hidup di air segar ,
cladocera tersebut bergerak dengan bantuan arus air melalui gerakan semacam
hopping. Di inggris sendiri anda dapat menemukan sekitar 80 spesies yang
berbeda, sedangkan di belanda sekitar 100 spesies. Banyak dari spesies mereka
yang langka. Bagi kebanyakan orang, air fleas ini semuanya sama, namun coba
kita melihat lebih dekat lagi ternyata perbedaan besar akan ditemukan didalam
morfologi dan kebiasaannya.
Karakteristik dari air fleas sendiri
adalah bagian tubuh yang ditutupi dalam sejenis karang, dengan tampilan dua
lids (penutup), tetapi yang terbuat dari satu potong. Mereka menarik binatang
microscopis yang ada disekitarnya.
2.3 Fisiologi
Struktur tubuh cladocera
terdiri dari kepala, thorax, perut, antenna, dan sebagian ada yang memiliki
ekor . kepala diterapkan dengan punggung di daerah yang biasanya disebut chemosensoric
antennulae. Selain itu, untuk jantan antenulae ini juga dapat berfungsi
untuk memeluk betina dalam proses reproduksi. Memiliki 5 atau 6 pasang kaki
yang menempel di perut yang menghubung ke punggung, sedangkan yang dewasa
memiliki 4 segmen leptodora, setelah itu ada postabdomen lalu
bnerakhir pada furca claws. Claws tersebut berfungsi sebagai abreptor
(pembersih rongga badan). Kemudian ada lagi dua kemudi bristles
yang menghubungkan ke perut. Sebagian besar cladocera ini
mengorientasikan dirinya dengan sirip belakang atas. Mereka juga memiliki dua valved
carapace yang meliputi sebagian besar tubuhnya kecuali bagian dari appendages.
Dalam beberapa
family, kepala biasanya dipisahkan dari badan dengan lekukan mendalam, tetapi
tidak dapat dipisahkan. Pada dahi terdapat gabungan mata (unpaired), kemampuan
bergerak secara vertical maupun horizontal. Jumlah ommatidia yang
membentuk senyawa mata bervariasi dari jenis ke jenis makanan sesuai dengan
preferensi. Mata tersebut mempunyai peranan terpenting terhadap penangkapan
makanan. Pertama sepasang antenna yang yang berisi organ – organ indrawi sangat
kecil dan terpasang pada punggung. Kedua pasangan tersebut adalah lebih besar
dibandingkan badannya. Mereka memiliki dua cabang , kedua pasang antenna
merupakan alat utama untuk menangkap makanan. Kedua antenna bawahnya secara
bersamaan membuat lompatan pendek untuk bergerak (hopping). Mereka
mempunyai thorax yang sangat pendek dan terdiri dari 4 – 6 segmen.pada betina
terdapat ruang besar pada bagian belakang dan sirip belakang sampai carapace
yang berfungsi sebagai kantung untuk pengeraman. Telur yang diletakkan kedalam
kantung tersebut dapat berkembang di dalamnya.
2.4 Habitat
Gambar Habitat Cladocera
Cladocera adalah krustasea kecil yang
biasa ditemukan di sebagian besar habitat air tawar, termasuk danau, kolam, dan
sungai. Perairan air tawar yang kurang kelimpahan ikan yang bertindak sebagai
predator merupakan habitat yang paling sesuai. Banyak spesies cladocera dapat
ditemukan berada di perairan terbuka danau. Beberapa spesies lainnya hidup baik
di dekat bagian bawah danau.
2.5
Cara
Makan
·
Pakan terdiri atas detritus, bacteri, alga, bangkai
·
Secara ekologis termasuk omnivorus scavegers
·
Mulai dari menguyah makanan pada mandibular. Proses di
maxilla, branchial plate pada kaki pertama membentuk aliran air antara di valve
kemudian partikel makanan dibawa ke mulut.
·
Partikel yang tidak sesuai akan ditolak oleh alat resipatory
plate.
·
Makanan ditarik dan dorong ke mulut oleh antena, mandibula
dan kaki depan. Mandibula berguna untuk
menyerap dan menghancurkan potongan yang lebih besar. Gumpalan kecil makanan
masuk ke mulut melalui lubang mandibula.
2.6 Sistem Reproduksi
Mekanisme
reproduksi Cladocera pada umumnya adalah dengan cara parthenogenesis.
Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Salah satunya
pada Daphnia yang baru menetas
harus melakukan pergantian kulit(molting ) beberapa kali sebelum tumbuh
jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas.Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan
dewasa. Pertambahan ukuranterjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang
pengeraman Daphnia sp.
dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara
parthenogenesis.
Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari.
Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari
sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah
sama secara anatomi dengan individu dewasa(Gambar 2). Proses reproduksi ini
akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi
tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi
seksual (Waterman, 1960). Daphnia jantan
lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan
terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang
dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahisel telur.
Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernamaephipium
untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas(Mokoginta,
2003).
2.4 Peranan
Secara umum
cladocera bermanfaat sebagai pakan utama ikan dan juga sebagai pemelihara
kualitas air dalam kolam peternakan ikan, dapat dibudidayakan sebagai pakan
ikan berkualitas tinggi karena jasad pakan ini mengandung air 90,78 persen,
protein 60,12 persen,lemak 8,10 persen, serat kasar 2,58 persen dan abu 4,76
persen, dalam bidang pertaniancladocera sendiri biasanya hidup dalam populasi
persawahan dan dapat bermanfaat sebagai penghancur dan memindahkan bahan
organic serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber kitinselain itu cladocera juga
bisa dijadikan indicator dari perubahan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cladocera
berasal dari kata klados = cabang dan keras = tanduk. Ordo Cladocera dinamakan
juga water flea. Ostracoda berasal dari kata ostrakon yang artinya cangkang.
Kelas ostracoda termasuk dalam filum arthropoda. Kelas ini termasuk binatang
yang bercangkang, sehingga cukup susah untuk mengidentifikansinya. Copepoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu kope=dayung dan podos=kaki. Oleh karena itu
Copepod berarti berdayung kaki. Copepoda
merupakan kelompok entomostraca (udang-udangan tingkat rendah) dengan jumlah
spesies terbesar, yaitu sekitar 8.400 spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Cauchie, H-M., Jasper-Versali, M-F.,
Hoffmann, L. and Thome, J-P. 2002. Potential of using Daphnia maghna
(crustacean) developing in an aerated waste stabilization pondas a commercial
source of chitin.
Aquaculture.205:103-117Wibisono, M.S. (2005)
Pengantar Ilmu Kelautan. Dalam: Plankton, Hal. 155-161. Grasindo :Jakarta.
MAKALAH PLANKTONOLOGI
RHIZOPODA
KELOMPOK 8
1.
MARIA
MERSIANA HOAR
2.
ARNOLDINA
ENO FAHIK
3.
MARIA
G. L. KLAU
4.
MARIA
SARLINCE HOAR
5.
ARNOLDINA
UDUK
6.
MARIA
EDITA HOAR
7.
YISKA
A. TALNONI
8.
MARIA
HILDEGARDIS HOAR
9.
NELCIYANTI
SEUK
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaanya sehigga makalah ini dapat kami selesaikan tanpa hambatan
apapun dalam waktu yang telah ditetapkan.
Dalam
makalah ini kami membahas tentang zooplankton rhizopoda. Ada beberapa pokok
bahasan yang kami angkat yaitu pengertian, ciri-ciri, dan kalsiifikasi dari
pada rhizopoda. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, sehingga kritik dan
saran sanat kami harapkan dari pembaca agar penulisan malakah berikutnya dapat
lebih baik lagi.
Kupang, April 2019
Tim penulis
DAFTAR ISI
Daftar
isi
Bab
1 pendahuluan
4. Latar
Belakang
5. Rumusan
Masalah
6. Tujuan
Bab
2 pembahasan
7. Penertian
Rhizopoda
8. Cirri-ciri
Rhizopoda
9. Klasifikasi
Rhizopoda
10. Habitat
Rhizopoda
11. Cara
hidup Rhizopoda
12. Perkembangbiakan
Rhizopoda
Bab
3 penutup
2. Kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Indonesia
merupakan Negara yang memiliki keragaman hayati yang melimpah baik flora maupun
fauna. Kekayaan keragama hayati ini memberikan keuntungan yang besar bagi
masyarakat. Diantaranya dapat memnuhi kebutuhan manusia juga mengandung
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protin sebagai salah satu
sumber pembangun tubuh dapat berasal dari tumbuhan atau nabati dan hewan atau
hewani. Protein yang beasal dari hewan mempunyai kandungan yang sempurna
dibandingkan dengan protein nabati.
2.
Rumusan
masalah
1. Apa
itu Rhizopoda ?
2. Bagaimana
cirri-ciri Rhizopoda?
3. Bagaimana
klasifikasi Rhizopoda?
4. Dimanakah
habitat Rhizopoda?
5. Bagaimana
cara hidup Rhizopoda?
6. Bagaimana
cara perkembangbiakan Rhizopoda?
3.
Tujuan
1. Mengetahui
apa itu Rhizopoda
2. Mengetahui
cirri-ciri Rhizopoda
3. Mengetahui
klasifikasi Rhizopoda
4. Mngetahui
habitat Rhizopoda
5. Mengetahui
cara hidup Rhizopoda
6. Mengetahui
cara perkembangbiakan Rhizopoda
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Rhizopora
Rhizopoda merupakan protozoa yang dapat bergerak menggunakan kaki semu
atau palsu (pseudopodia). Rhizopoda sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu
kata rhizo yang memiliki arti akar dan juga kata pod yang berarti kaki.
Rhizopda sering disebut dengan Sarcodina sedangkan pseudopodia didalam bahasa
yunani mempunyai arti palsu dan juga pod yang berarti kaki. Pseudopodia sendiri
adalah pejuluran sitoplasma uang terbentuk disaat bergearak supayadapat
mendekati sumber makanan, pseudopia juga dapat muncul dipermukaan sel dibagian
mana saja. Sitoskeleton terdiri ari mikrotubulus dan uga mikrofilamen yang juga
mempunyai peranan dalam pergerakan pseudopia disaat bergerak. Rhizopora
menjulurkan pseudopia dan kemudian mengaitkan ujungnya lalu sitoplasma akan
mengalirkan lebih banyak ke pseudopia sendiri atau juga kaki semu ialah tebal
dan juga berbentuk membulat ataupun tipis meruncing.
2.
Ciri-ciri
Rhizopoda
1. Bergerak
dengan menggunakan kaki palsu atau kaki semu (pseudopodia)
2. Memiliki
ukuran tubuh sekitar 200-300 mikron
3. Mempunyai
sifat heterotrof
4. Mempunyai
bentuk yang dapat berubah atau tidak tetap
5. Pada
umumnya hidup di air tawar dan juga air laut
6. Mempunyai
etoplasma dan juga endoplasma
7. Ada
yang bercangkang dan juga tidak
8. Rhizopoda
menelan makannya atau fagosit
9. Mempunyai
vakuola makanan serta vakuola kontraktil
10. Reproduksi
dengan cara aseksual atau pembelahan diri
11. Pernafana
dengan menggunakan cara difusi ke seluruh tubuh
12. Hidup
secara bebas atau parasit
3.
Klasifikasi
rhizopoda
Rhizopoda
juga memiliki klasifikasi didalamnya yaitu
1. Ordo
Labosa
Dengan cirri sebagai berikut
mempunyai pseudopodia atau kaki semu yang pendek dan juga tumpul yang dapat
dibedakan secara jelas antara ektoplasma dan endoplasma.
2. Ordo
Foraminifera
Dengan cirri sebagai berikut
yaitu Pseudopodia atau kami semu yang panjang serta halus
3. Ordo
Filosa
Dengan cirri sebagai berikut
yaitu mempunyai pseudopodia yang berupa benang halus dan serta mirip dengan
benang dan juga bercabang
4. Ordo
Radiolarian
Dengan cirri sebagai berikut
yaitu memiliki pseudopodia yang berupa benang halus dan tersusun radier dan
juga bercabang serta membentuk jala atau anyaman
5. Ordo
Helioza
Memiliki cirri sebagai
berikut yaitu mempunyai pseudopodia atau kaki semu yang radien atau
antarfilamen dan tidak pernha bersatu untuk membentuk jala ataupun anyaman.
4.
Habitat
Rhizopoda
Rhizopora pada umumnya hidup bebas dialam namun ada pula yang hidup
sebagai parasit di tubuh hewan dan manusia. Rhizopoda yang hidup sebagai
parasit dapat menyebabkan penyakit. Rhizopora yang hidup bebas di alam dapat di
temukan di air laut, air tawar, tanah yang basahatau tempat yang berair dan
lembab. Bebrapa Rhizopora dapat membentuk kista bila kondisi lingkugan memburuk
misalnya Amoeba sp.
5.
Cara
Makan Rhizopoda
Rhizopora bersifat heterotrof dan memangsa protozoa lain, Ciliata,
bakteri, maupun alga uniseluler. Rhizopoda mendekati sumber makanan dengan
menjulurkan kaki semu. Kaki semu akan mengelilingi sumber makana hingga membran
yang mengelilingi makakan tersebut bertemu. Dengan demikian terbentuklah rongga
makana di dalam tubuh Rhizopoda. Rongga makana tersebut disebut vakuola,
vakuola makanan akan mencerna makanan didalamnya sambil beredar disitoplasma.
Sari makanan hasil pencernaan akan masuk ke sitoplasma secara difusi, sedangkan
sisa-sisa makanan yang tidak di cerna
dan berbentuk padat tetap berada didalam vakuola. Vakuola yang berisi
sisa-sisamakanan padat tersebut bergerak ketepi sel. Sesampainya di tepi sel
membrane vakuola akan pecah sehinnga sisa makanan padat dapat dikeluarkan dari
tubuh. Sementara makanan yang berbentuk cair akan diatur oleh vakuola
kontraktil, yaitu dengan cara berdenyut, (mengembang dan mengempis) untuk
memompa cairan keluar sel.
6.
Perkembangbiakan
Rhizopoda
Rhizopoda bereproduksi dengan cara aseksual, yang melalui berbagai
mekanisme dengan cara pembelahan sel yang juga mengara pada pembelahan mitosis.
Tetapi tahap dari mitosis tidak tampak secara jelas, misalkan disaat proses
pembelahan sel yang terbentuk benang spindle. Tapi membrane inti tidak pernah
menghilang disaat proses pembelahan, pembelahan sel diawali pada pembelahan
inti yang kemudian membrane plasma semakin melekuk pada arah dalam sehingga
terbentuk dua sel anakan.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dituliskan dapat disipulkan bahwa kelas
Rhizopoda adalah hewan yang bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang
merupakan penjuluran protoplasma sel, yang berfungsi sebagai alat penangkap
mangsa. Habitatnya adalah hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah dan
sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia (parasit).
DAFTAR PUSTAKA
Residivis CHampus Phylum
Rhizopoda
MAKALAH PLANKTONOLOGI
“ZOOPLANKTON OSEANIC”
KELOMPOK
9
Fransiskus Risky (1713020064)
Anita E. Mbura (1713020079)
Sarlin Sarlince Giri (1713020019)
Melsa K.M. Tunggujama (1713020035)
Etheldreda E.S.R.
Riantoby (1713020069)
Adelia E.B. Kapitan (1713020011)
Agusta Diana Ida Bria (1713020012)
Ameri Kebkole (1713020039)
PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Zooplankton tentang Coelenterata tepat waktu. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi.
Pengetahuan tentang biota air sangat diperlukan terutama untuk mahasiswa
program studi Perikanan. Biota air yang mempunyai peranan besar di bumi adalah
plankton. Plankton merupakan makhluk hidup (berupa hewan maupun tumbuhan) yang
geraknya terbatas, sangat tergantung pada arus air.
Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan dalam perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
memberi manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Kupang, 30 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................
1.2 Tujuan......................................................................................
II. PEMBAHASAN
2.1 Coelenterata.............................................................................
2.1.1 Ciri-ciri.............................................................................
2.1.2 Klasifikasi........................................................................
2.1.3 Reporoduksi.....................................................................
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.5
Latar Belakang
Plankton
merupakan biota air yang hidupnya melayang dan gerakannya terbatas. Plankton
berdasarkan fungsi dibedakan menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton adalah plankton nabati yang dapat melakukan fotosintesis sehingga
berperan sebagai produsen primer perairan. Sedangkan zooplankton adalah
plankton hewani yang tidak dapat melakukan fotosintesis atau bersifat konsumtif
dan berperan sebagai pakan alami ikan.
Zooplankton
dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara
sampai ke perairan di tengah samudra, dan perairan tropis hingga ke perairan
kutub. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton, yakni
ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa,
sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
Coelenterata,
Nematoda, Chaetognata, dan Annelida merupakan filum dari zooplankton yang
bersifat meroplankton. Fase meroplankton terjadi saat masih berupa larva.
Misalnya Pada coelenterata, larvanya disebut planula.
1.6
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah Coelenterata,
Nematoda, Chaetognata, dan Annelida ini
adalah sebagai berikut.
4. Mengetahui
ciri-ciri Coelenterata
5. Mengetahui
klasifikasi Coelenterata
6. Mengetahui
reproduksi Coelenterata
7. Mengetahui
peranan dari Coelenterata
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Coelenterata
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, koilos=
rongga dan enteron = usus. Jadi, coelenterata adalah hewan yang
berongga. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler). Namun filum Coelenterata lebih dikenal dengan
nama cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang
berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel
penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya.
Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks daripada porifera. Namun, ia
tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah.
Sebagian besar Coelenterata hidup di laut kecuali
Hydra sp
dan beberapa jenis lainnya. Hewan tersebut mempunyai dua fase bentuk tubuh
yaitu fase polip dan fase medusa. Polip adalah fase saat hewan melekat pada
suatu substrat (tidak dapat berpindah) sedangkan medusa adalah fase saat hewan
dapat bergerak bebas.
Coelenterata
terdiri dari kelas Hydrozoa, Scypozoa dan Anthozoa. Namun hanya pada kelas
Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari specimen-specimen berupa
ubur-ubur kecil dan hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).
2.2 Klasifikasi
Coelenterata
atau cnidaria di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animallia
Filum : Cnidaria
Kelas : Schypozoa
Ordo :
semaeostomeae
Famili : ulmaridae
Genus : Aurelia
Spesies : Aurelia Aurita
Meroplankton dari Coelenterata atau
cnidaria umunya terjadi pada fase larva yang disebut planula. Filum ini terdiri atas 3 kelas yaitu Hydrozoa,
Scypozoa dan Anthozoa. Namun hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga
termasuk dan terdiri dari specimen-specimen berupa ubur-ubur kecil dan hidup
sebagai plankton (Sachlan, 1982).
Kelas Hydrozoa terbagi ke dalam 2 subkelas, yakni Hydroidolina dan Trachylinae. Subkelas Hydroidolina terbagi ke dalam 3 ordo, yaitu Anthoathecata, Leptothecata dan Siphonophorae. Subkelas Trachyaline
terbagi ke dalam 4 ordo, yaitu actinulida, limnomedusae, naromedusae dan
trahcymedusae (Owen, 1843).
a.
Ordo Anthoathecata
Ada
sekitar 1.200 spesies di seluruh dunia. Ordo ini selalu memiliki bentuk polip dan hidup dengan
soliter. Memiliki tentakel namun kurang
statocysts tetapi memiliki kanal radial.
Gonad mereka berada
di manubrium. Contohnya adalah Bouganvillia multitentaculata.
Kingdom
Animalia
Phylum :
Cnidaria
Kelas :
Hydrozoa
Order : Anthoathecata
Famili : Bougainvillidae
Genus : Bougainvillia
Spesies : Bouganvillia
multitentaculata
b.
Ordo Leptothecata
Disebut juga Leptomedusa (Haeckel, 1879) Leptothecatae (Cornelius, 1992), Thecaphora (Hincks, 1868), Thecaphorae (Hincks, 1868), Thecata (Fleming, 1828), Thecatae (Fleming, 1828). Polip hidup secara berkoloni. Bentuk medusa
menimbulkan bioluminescense. Gonad yang terletak di
kanal radial dan memiliki
banyak statokist. Contohnya
adalah Obelia longissima.
Obelia
hidup di laut dan berkoloni. Di dalam siklus hidupnya dijumpai stadium polip
dan medusa, tetapi bentuk polip lebih dominan. Polip mampu membentuk tunas
(reproduksi aseksual) dan tunas-tunas tersebut tetap melekat pada induknya
sehingga membentuk koloni. Polip-polip yang membentuk koloni ini ada yang
bertentakel dan ada yang tidak. Polip tidak bertentakel berfungsi untuk makan,
sedangkan yang bertentakel berfungsi untuk reproduksi. Polip reproduksi mampu
menghasilkan medusa secara pertunasan. Medusa tersebut kemudian lepas dan hidup
bebas secara planktonik. Pada
perkembangannya, medusa tersebut mampu menghasilkan gamet sehingga fase hidup medusa
dikenal dengan fase seksual. Gamet-gamet tersebut akhirnya melakukan
fertilisasi dan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi larva bersilia
(planula) dan planula tersebut menempel di dasar laut dan tumbuh menjadi Obelia
(polip).
Kingdom : Animalia
Phylum :
Coelenterata
Kelas :
Hydrozoa
Ordo :
Leptocthecata
Famili :
Campanulariidae
Genus :
Obelia
Spesies :
Obelia longissima
c.
Ordo Siphonoporae
Sebagian besar spesies dari ordo ini hidup secara berkoloni. Tubuhnya tipis dan transparan. Beberapa siphonophore yang hidup di perairan dangkal
menyerupai ubur-ubur. Panjang
tubuh 40-50 m (130-160 ft). Seperti
hidrozoa lainnya, siphonophore tertentu dapat memancarkan cahaya. Sebuah
siphonophore dari genus Erenna telah ditemukan pada kedalaman sekitar 1.600 m
(5.200 kaki) di lepas pantai Monterey, California. Sebagian spesies dari ordo ini memiliki
tentakel yang panjang dan terdapat sel penyengat pada ujungnya. Contohnya
adalah Physalia
pelagic.
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo :
Siphonoporae
Genus : Physalia
Spesies : Physalia
pelagic
d.
Ordo Actinulida
Belum ada penjelasan spesipik mengenai ordo ini. Namun berdasar kepada Journal of the Marine
Biological Association of the United Kingdom yang dipublikasikan pada 11 Mei 2009, ordo actinulida
hidup bebas (berenang) dan soliter. Contohnya adalah Otohydra vagans (Swedmark and Teissier,1958).
Klasifikasi dari Otohydra
vagans
adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Trachylina
Subordo : Actinulida
Famili : Otohidridae
Genus : Otohydra vagans
e.
Limnomedusa
Spesies dari ordo ini memiliki bel transparan dilapisi dengan hingga 90
tentakel dan gonad berwarna oranye, merah, atau ungu. Gonad yang disusun
tergantung diempat kanal radial sehingga bila dilihat dari atas, gonad dilapisi
tegak lurus. Manubrium, berwarna cokelat, menggantung di tengah. Spesies dari
ordo ini hanya sekitar berdiameter sekitar 2,5 cm (0,98 inci). Mereka sering
ditemukan menempel rumput laut. Memiliki bentuk polip relatif kecil, hanya sekitar 0,5 mm. Contohnya Gonoinemus vertens
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Limnomedusae
Famili : Olindiidae
Genus : Gonoinemus
Spesies : Gonoinemus vertens
f.
Narcomedusae
Bentuk tubuh dari ordo ini seperti
payung dengan massa pusat kaku dan tipis bergigi tepi, tentakel padat dan berat. Anggota
ordo ini biasanya tidak memiliki tahap polip.
Medusa memiliki lonceng
berbentuk kubah dengan sisi tipis. Tidak ada lampu
di tentakel dan
tidak ada kanal radial. Sebagian besar narcomedusae
penghuni laut terbuka dan perairan dalam. Mereka
dapat ditemukan di Mediterania dalam
jumlah besar. Contohnya Aegina citrea.
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Narcomedusae
Famili : Aeginidae
Genus : Aegina
Spesies : Aegina citrea
2.3
Ciri-ciri
Ciri khas
cnidaria adalah knidosit,
yang merupakan sel terspesialisasi yang dipakai terutama untuk menangkap mangsa
dan membela diri. Tubuh terdiri atas lapisan epidermis (ektoderm), gastrodermis
(endoderm) dan mesoglea
yang terletak di antara dua lapisan tersebut. Coelenterata memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Multiseluler.
2. Tubuh
bersimetri radial.
3. Diploblastik
(ektoderm dan endoderm).
4. Diantara
lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga (=mesoglea).
5. Bentuk
seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa).
6. Di
atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan bergerak.
Selain itu, mulut juga berfungsi sebagai anus.
7. Tentakel
memiliki sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis).
8. Tidak
memiliki kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat respirasi.
9.
Rongga gastrovaskuler
sebagai sistem pencernaan.
10. Pencernaan
intraselular dan ekstraselular.
11. Sistem
pernapasan dengan cara difusi (seluruh permukaan tubuh), kecuali Anthozoa dan
Sifonoglia.
12. Sistem
saraf difus (belum memiliki pusat susunan saraf).
13. Mengalami
metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip dan generatif
pada fase medusa.
14. Jenis
kelamin ada yang monoecious maupun dioecious, larva disebut sebagai planula
(meroplankton).
15. Sistem
gerak dilakukan oleh sel-sel epiteliomuskuler yang terdapat pada lapisan ektoderm
dan pada bagian dasar gastrodermis.
16. Rangka
luar tersusun dari zat tanduk atau kitin.
17. Habitatnya
ada di air laut atau air tawar.
2.4
Reproduksi
Ada 2 cara
perkembangbiakan, yaitu aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif).
1. Ada dua jenis polip. Yaitu polip dengan tentakel yang berfungsi
untuk hal nutrisi (makanan) dan polip
tanpa tentakel yang berfungsi sebagai reproduksi aseksual.
2. Polip
tanpa tentakel
yang melakukan reproduksi secara aseksual menghasilkan tunas medusa.
3. Tunas medusa kemudian lepas dari polip dan
tumbuh menjadi medusa dewasa.
4. Medusa
dewasa betina
menghasilkan sel telur (ovum)
dan medusa dewasa jantan menghasilkan
sel sperma (spermatozoid).
5. Ovum dan sperma yang dilepaskan di air bertemu dan terjadilah fertilisasi (seksual)
6. Fertilisasi yang terjadi di air akan
menghasilkan Zigot.
7. Zigot berkembang menjadi Larva Planula. Pada fase inilah Coelenterata
berada pada stadia plankton.
8. Planula
berenang meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.
2.5
Habitat
Spesies ini pada umumnya ditemukan
di lautan diseluruh dunia, dari permukaan sampai laut dalam. Scypozoa tidak
ditemukan di air tawar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Meroplankton
dari Coelenterata atau cnidaria umunya terjadi pada fase larva yang disebut planula.
2.
Umumnya reproduksi
terjadi pada dua fase, yaitu asekual dan seksual. Fase plankton terjadi pada
saat menjadi larva.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bahan
referensi yang ingin meneliti tentang zooplankton air laut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2012. Bahan Ajar Annelida. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Sachlan
M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang
MAKALAH PLANTONOLOGI
ZOOPLANKTON ECINOHDERMATA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 11
1. ROBERTO
A. Q. JANGGA
2. MARIA
VERONIKA ILAN
3. ONESIMUS
BEY SOA
4. LAURENSIUS
NGOBHA
5. RITA
A. BOLA
6. TROFIMUS
BUAN
7. MARIA
MEGAWATY DOLOKSARIBU
8. MARIA
NOVIA DAHUL
9. MARTA AYU LAGUT
PRODI MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA
CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya
haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan bimbingan-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalh ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah PLANTONOLOGI. Dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian filum Echinodermata, ciri-ciri, habitat, jenis
spesies,dan proses perkemban biakan.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi pembahasaan maupun sistem
penulisan. Untuk itu,saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi penyusunan makalah ini kedepan. Akhir kata, penulis
mengucapkan limpah terima kasih.
Kupang, 08 Maret
2019
penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan Penulis
1.3
Rumusan Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Echinodermata
2.2 Ciri Ciri
2.3 Jenis-Jenis Spesies Echinodermata
2.4 Proses Reproduksinya
BAB
III PENUTUP
3.2 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya
terdapat interaksi yang kuat antara faktor biotik dan abiotik.Interaksi yang
terjadi bersifat dinamis dan salingmempengaruhi Lingkungan menyediakan tempat
hidup bagi organisme-organisme yang menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat
mengembalikan energi yang dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur
energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut.
Di laut terjadi transfer energi antar organisme pada
tingkatan tropis yang berbedadengan demikian terjadi proses produksi (Fachrul,
2006).Organisme di dalam air sangat beragam dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuk kehidupannya atau kebiasaan hidupnya yaitu: bentos,
Periphyton, Plankton, Nekton dan Neuston. Plankton adalah organisme melayang
atau mengambang di dalam air.Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas,
sehingga organisme tersebut selalu terbawa oleh arus (Kaswadji, 2001).
Zooplankton memiliki peranan yang sangat penting di
lautan, dimana zooplankton merupakan kunci tingkatan trofik terendah
(fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (sumberdaya ikan) dalam rantai
makanan di lautan. Atmosfer dan lautan saling berinteraksi, artinya perubahan
yang terjadi pada atmosfer (iklim) akan berpengaruh pada proses-proses yang
terjadi di lautan dan sebaliknya.
Perubahan karakteristik massa air laut yang disebabkan
pengaruh iklim seperti perubahan lapisan homogen (mixed layer) akan berpengaruh
pada dinamika biota laut khususnya zooplankton. Sebaliknya, zooplankton
memiliki peranan penting dalam menyeimbangkan iklim dimana zooplankton
merupakan kunci pembawa karbon dioksida ke laut dalam karena mereka dapat
berenang 500 meter ke atas dan bawah (migrasi vertikal) dalam sehari.Seperti
yang kita ketahui bahwasannya karbon dioksida merupakan senyawa yang
menyebabkan pemanasan global. Aliran massa air yang melalui Perairan Indonesia
atau disebut Arus Lintas Indonesia (Arlindo) merupakan aliran yang
menghubungkan dua massa air yang memiliki karakteristik berbeda. Arlindo
berperan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sirkulasi termohalin dan
fenomena iklim dunia (Kaswadji, 2001).Plankton dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu fitoplankton yang disebut plankton nabati dan zooplankton yang
disebut plankton hewani. Zooplankton merupakan tumbuhan yang amat banyak
terdapat diseluruh massa air, mulai dari permukaan sampai di kealaman dimana
intensitas cahaya masih memungkinkan untuk fotosintesis (Nontji, 1987).
Menurut Nybakken (1988) dalam Fachrul (2006)
mengatakan zooplankton yang hidup sangat beraneka ragam, yang terdiri atas
berbagai bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hamper seluruh filum
hewan.Zooplankton menempati posisi penting dalam rantai makanan dan
jarringjaring kehidupan di perairan. Kemelimpahan zooplankton akan menentukan
kesuburan suatu perairan oleh karena itu, dengan mengetahui keadaan plankton
(zooplankton termasuk di dalamnya) di suatu daerah perairan, maka akan
diketahui kualitas perairan tersebut.Echidodermata adalah salah satu jenis zooplankton yang hidup di air laut.Echidodermata
adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban dengan bantuan kaki tabung
dan berada di kelaman laut.Berdasar latar
belakang di atas, praktikan tertarik untuk meneliti dan mengamati zooplankton
agar dapat mengetahui definisi dan klasifikasi zooplankton dari filum Echidodermata.
1.2 Rumusan Masalah
Beradasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah
dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1)
Bagaimana
ciri-ciri dari Echidodermata?
2)
Bagaimana
habitat dari Echidodermata?
3)
Bagaimana
kebiasaan hidup dari Echidodermata?
4)
Bagaiman
perkembangbiakan dari Echidodermata?
1.3 Tujuan
Penulis
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka tujuan
dari makalah ini ialah sebagai berikut
1)
Untuk
menjelaskan ciri-ciri dari Echidodermata.
2)
Untuk
menjelaskan habitat
dari Echidodermata.
3)
Untuk
memahami kebiasaan hidup dari Echidodermata.
4)
Untuk
memahami dari
Echidodermata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Echidodermata
Echidodermata adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban dengan
bantuan kaki tabung dan berada di kelaman laut. Istilah echinodermata berasal
dari bahasa Yunani dari kata echi
yang berarti berduri, dan derma yang
berarti kulit. Echinodermata hidup di laut atau air payau. Echinodermata tidak
hidup parasit, dengan beberapa spesies hidup menempel (sesil). Pada
Echinodermata dewasa mempunyai bagian tubuh berbentuk simetri radial yaitu
bagian tubuh yang mendistribusikan dalam susunan melingkar disekitar poros
tengah. Sedangkan pada bagian larvanya mempunyai tubuh yang simetri bilateral,
yaitu bagian tubuh yang satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan
jika ditarik garis dari depan ke belakang terlihat bagian tubuh sama antara
kiri dan kanan. Larva echinode rmata merupakan hewan mikroskopis, transparan,
bersilia, dan umumnya berenang bebas di laut.
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama
seperi hewan lainnya, lama menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang
baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977).
2.2Ciri-ciri
·
Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari
zat kapur dengan lima lengan berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang
berjumlah/kelipatan lima.
·
Pada umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat
tonjolan kerangka dan duri di tubuhnya.
·
Bentuk tubuh echinodermata umumnya seperti bintang,
bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan. Sedangkan pada bagian
tubuhnya oral (yang memiliki mulut) dan aboral (tidak mempunyai mulut).
·
Permukaan tubuh Echinodermata umumnya berduri, baik
pendek tumpul maupun panjang berduri. Echinodermata tidak mempunyai otak dan
memiliki Ambulakral yang berfungsi dalam mengatur pergerakan.
·
Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang masih
belum. Jika digambarkan secara sederhana, pembuluh darah berawal dari yang
mengelilingi mulut, setelah itu berjabang pada setiap kaki tabung.
·
Sistem pernapasan Echinodermata dilakukan engan menggunakan
insang atau pupula (tonjolan pada rongga tubuh).
·
Sistem persyarafan Echinodermata terdiri atas saraf yang
berbentuk lingkaran (cincin) yang mempersarafi mulut, dan saraf radial yang
mirip tali mempersarafi pada bagian lengan atau kaki tabung.
·
Sistem pencernaan berupa mulut, esofagus, lambung, usus,
dan anus. Dapat dikatakan, sistem pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak
terdapat sistem ekskresi pada hewan Echinodermata.
·
Tubuh echinodermata terdiri atas 3 lapisan dan mempunyai
rongga tubuh atau disebut dengan tripoblastik
·
Memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral pada saat
masih larva, dan disaat dewasa bentuk tubuhnya simteri radial
·
Mempunyai kulit tubuh yang terdiri atas zat kitin
·
Bergerak dengan ambulakral yaitu kaki tabung dengan
lubang-lubang kecil yag berfungsi untuk menghisap.
·
Mempunyai sistem pencernaan sempurna kecuali bintang laut
yang tidak mempunya anus.
·
Tidak memiliki sistem ekskresi
·
Perkembangbiakan secara seksual
·
Pada permukaan tubuh terdiri atas tonjolan-tonjolan yang
menyerupai duri
·
Mempunyai sistem tabung jaringan hidrolik
2.2.2 Klasifikasi
Gambar fase larva planktonik dan fase dewasa
Echinodermata
Gambar tipe larva Echinodermata; A: bipinnaria
(Asteroidea); B: ophiopluteus (Ophiuroidea); C: echinopluteus (Echinoidea); D:
auricolaria (Holothuroidea); E: vitellaria (Asteroidea, Crinoidea, Ophiuroidea,
Echinoidea and Holothuroidea)
Echinodermata dibedakan menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Ophiuroidea,
Crinoidea, Echinoidea, dan Holothuroidea. Genera-genera yang larvanya terdapat
sebagai meroplankton adalah Bipinaria, Brachio larva, dan Auricularia, dan pada
waktunya akan mengendap pada dasar laut sebagai benthal fauna (Sachlan 1982).
a. Asteroidea
Asteroidea merupakan kelompok hewan avertebrata yang sering disebut sebagai
bintang laut. Kata Asteroidea berasal kata Yunani, yaitu aster (bintang) dan eiodes
(bentuk). Ciri-ciri kelas Asteroidea antara lain :
·
Tubuhnya berbentuk pipih seperti bintang atau pentagonal dan memiliki lima
lengan atau lebih yang tersusun secara simetri radial.
·
Pada setiap ujung lengan terdapat alat sensor yang bentuknya menyerupai
tentakel dengan bintik mata pada ujungnya. Bintik mata ini mengandung pigmen
merah yang peka terhadap cahaya.
·
Lekukan ambulakralnya terbuka dan didalamnya berisi kaki tabung. Kaki
tabung ini biasanya dilengkapi dengan sucker (batil penghisap).
·
Permukaan tubuh bagian atas (aboral) ditutupi oleh diri-diri tumpul
berbentuk catut (pediselaria).
·
Contoh dari kelas ini yakni spesiesPisaster
ochraceus.
Gambar larva
brachiolaria dari Pisaster ochraceus
umur 4 minggu
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Ordo : Forcipulatida
Family : Asteriidae
Genus : Pisaster
Species : Pisaster ochraceus
Gambar
Siklus Hidup Pisaster ochraceus
Reproduksi
Beberapa jenis asteroid
melakukan reproduksi aseksual dengan pembelahan,yang disebut fissparity artinya
membelah dengan jalan fission.Diawali dengan penyekatan pisin pusat menjadi dua
bagian,kemudain memisa dan masing-masing melengkapi bagian tubuhnya.Linckia
terdapat banyak di samudra pasifik,mampu melepaskan tangan-tanganya pada
pangkal dekat pisn pusat dan tangan-tangan bamp,disebut komet karena bentuknya
seperti komet.Asteroid umumnya dioecius,mempunyai 5 pasang gonad setiap
tangan.Telur dan superma dilepas ke air,pembuahan diluar,dua hari enjadi
blastula yang berenang bebas dan masih simentri bilateral,gastrula dan larva
bipinaria.Larva memulai makan pada saat saluran pencernaan sudah
terbentuk.Makanan larva adalah fitopalnkton dan pratikel tersuspensi.Kebanyakan
bintang laut berumur sepuluh tahun,tetapi ada yang mencapai 34 tahun.Enam atau
tujuh minggu kemudain larva turun ke substrat dan mengalami metamorfosa menjadi
bentuk simetri radial seperti yang dewasa.
b. Ophiuroidea (bintang mengular)
Gambar larva ophiopluteus
Ophiuroidea
adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga bintang ular. Ophiuroidea
berasal dari kata Yunani yaitu oura
(ekor) dan eidos (bentuk). Tubuh
memiliki lima lengan yang bergerak menyerupai ular. Ciri khas dari kelas ini
adalah madreporit (lubang masuknya air) terletak di bagian bawah dan tidak
memiliki kaki tabung. Ciri-ciri kelas Ophiuroidea antara lain :
a.
Bentuk tubuhnya memipih, seperti
bintang atau pentamerous dengan lengan yang ramping dan fleskibel (elastis).
b.
Tidak mempunyai kaki amburakral dan
anus sehingga sisa makanan dikeluarkan melalui mulut.
c.
Lekukan ambulakralnya tertutup dan
kaki tabung tidak memiliki sucker.
d.
Madreporit terdapat pada permukaan
oral.
e.
Tidak mempunyai pediselaria.
Gambar larva Ophiopluteus dari Ophipholis Aculeata
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Family : Ophiactidae
Genus : Ophiopholis
Species : Ophiopholis
aculeata
Kebanyakan ophiuroid adalah
dioceus.Pembuahan diluar,menghasilkan larva ephioplutes yang berenang bebas
dari simetri bilateral.Beberapa bulan kemuda mengalami metamorfosa menjadi
simetri radial,dan menjalini hidup seperti dewasa.Beberap jenis mempunyai
kantung pengeraman dan larvanya tidak mengalami
stadia berenang bebas.
c. Crinoidea (lilia laut)
Gambar larva Crinoidea
Hidupnya
menempel pada substrat yang ada di laut. Lengan berfungsi sebagai pemakan
suspensi. Contoh: Antedon sp, Holopus sp. Ciri-ciri kelas Crinoidea antara lain :
·
Habitatnya di karang atau tumbuhan
laut.
·
Memiliki pinnula. Pinnula adalah
lengan yang panjang menyerupai daun, berjumlah lima atau kelipatannya. Panjang
pinnula dapat mencapai 80-200 cm.
·
Beberapa jenis Crinoidea memiliki
tangkai yang berasal dari daerah aboral, tangkai ini berfungsi untuk melekatkan
diri pada substrat.
·
Mulutnya terletak di daerah oral,
mengarah ke atas dan dikelilingi oleh tentakel-tentakel halus yang disebut
cirri.
·
Amburakral terletak di permukaan
oralnya.
d. Echinoidea
Gambar larva Echinopluteus
Echinoidea adalah hewan avertebrata
yang sering disebut juga landak laut.Echinoidea berasal dari kata Yunani yaitu echinos (landak) dan eiodes (bentuk). Ciri-ciri kelas
Echinoidea antara lain :
·
Ciri utama Echinoidea adalah
memiliki banyak pediselaria di seluruh permukaan tubuh, berupa duri-duri
seperti batang yang panjang.
·
Kerangka tersusun atas
lempengan-lempengan zat kapur dan membentuk cangkang yang kaku dengan bentuk
seperti kotak.
·
Tubuhnya berbentuk globuler dan
bulat (oval).
·
Tidak memiliki lengan.
·
Memiliki duri-duri tubuh yang
panjang. Duri ini digerakkan oleh otot dan berfungsi untuk berjalan.
·
Lekukan ambulakral tertutup dan kaki
tabung dilengkapi dengan sukers.
·
Memiliki tiga pediselaria yang
bentuknya seperti rahang.
·
Mulutnya terletak di tengah dan
dikelilingi oleh selaput peristoma.
·
Hewan ini tidak memiliki lengan,
namun memiliki lima baris kaki tabung. Bentuk tubuh bulat dan diliputi duri
yang banyak.
·
Contoh dari kelas ini yakni bulu babi (Diadema) dan landak laut
(Echinus).
e. Holothuroidea(mentimun laut)
Gambar larva Auricularia
Holothuroidea
adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga ketimun laut. Holothuroidea
berasal dari kataYunani yaitu holothurion (ketimun laut) dan eidos (bentuk).
Tidak memiliki duri dan memiliki lima baris kaki tabung. Contoh dari kelas ini
yakni teripang
(Holothuria). Ciri-ciri kelas
Holothuroidea antara lain :
a.
Tubuhnya memanjang dalam sumbu oral
seperti cacing dan simetri bilateral.
b.
Mulut dan anusnya terletak pada
kedua ujung yang berlawanan.
c.
Tidak mempunyai lengan dan duri.
Durinya tereduksi menjadi spikula.
d.
Kulitnya lunak dan tipis serta tidak
memiliki spina (duri) atau pediselaria.
e.
Memiliki kaki tabung.
Gambar siklus hidup Parastichopus californicus
Klasifikasi
dari Parastichopus californicus
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Classis : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Familia : Stichopodidae
Genus : Parastichopus
Species : Parastichopus
californicus
2.3 Reproduksi
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan
dan betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut.Telur
yang telah dibuahi akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan
selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi
larva.Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini
berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga menjadi
branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa.Setelah
dewasa bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai
berikut;
·
Echidodermata
adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban dengan bantuan kaki tabung
dan berada di kelaman laut. Istilah echinodermata berasal dari bahasa Yunani
dari kata echi yang berarti berduri,
dan derma yang berarti kulit.
Echinodermata hidup di laut atau air payau.
·
Echinodermata mempunyai ciri-ciri seperti
ü kulit
keras yang tersusun dari zat kapur dengan lima lengan berbentuk seperti jari,
dan organ-organ tubuh yang berjumlah/kelipatan lima.
ü Pada
umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan duri di
tubuhnya.
ü Bentuk
tubuh echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan
seperti tumbuhan. Sedangkan pada bagian tubuhnya oral (yang memiliki mulut) dan
aboral (tidak mempunyai mulut).
ü Permukaan
tubuh Echinodermata umumnya berduri, baik pendek tumpul maupun panjang berduri.
Echinodermata tidak mempunyai otak dan memiliki Ambulakral yang berfungsi dalam
mengatur pergerakan.
ü Echinodermata
memiliki sistem peredaran darah yang masih belum. Jika digambarkan secara
sederhana, pembuluh darah berawal dari yang mengelilingi mulut, setelah itu
berjabang pada setiap kaki tabung.
·
Zooplankton
echinodermata
terdiri dari lima jenis spesies yaitu
ü Holothuroidea(mentimun
laut)
ü Echinoidea
ü Crinoidea
(lilia laut)
ü Ophiuroidea
(bintang mengular)
ü Asteroidea
·
Echinodermata
mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan betina.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut.
3.2
Saran
Saran yang
diambil dari pratikum ini adalah kita tidak boleh merusak ekosistem laut karena
akan berdampak pada organisme yang ada di perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Sri.
2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan .Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya :
Malang
Arinardi et all., 1997. Plankton; Fitoplankton dan
Zooplankton. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingnsih,
E. Asnaryanti dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia.P3O-LIPI. Jakarta.
Barus. 2003. Pengantar Limnologi Jurusan Biologi FMIPA
. Universitas Negeri Sumatera Selatan : Palembang
Davis, 1955. The Marine And Fresh Water Plankton.
Michigan State University Press.United State Of America.
Ekawati, A. W. 2005. Budidaya Makanan Alami. Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Ferianita Fachhrul, M. 2006. Metode Sampling
Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta
Kaswadji, R.
2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah
SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut).Fakultas Perikanan dan Kelautan
IPB. Bogor, Indonesia.
M. Jeffrey,
2005, Jurnal Penelitian Plankton Vol. 27 No 5 Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut
Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut.
Jakarta : LIPI Press
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.
Komentar
Posting Komentar